"Tentang pendakianku di bukit babi"


Akhir pekan lalu, aku melakukan pendakian yang tak terlupakan di bukit Babi, sebuah tempat yang mungkin terdengar unik dari namanya, namun menyimpan keindahan luar biasa. Bersama tiga sahabatku, kami memulai perjalanan dari pagi-pagi sekali sekitar jam lima pagi. Kabut masih menyelimuti jalan, dan udara pagi terasa segar menusuk hidungku seperti rasanya hidup kembali.

Perjalanan menuju bukit cukup menantang, jalannya penuh rumput yang tajam, dengan tanjakan yang panjang, dan tidak ada pepohonan di sekitar jalan. Tapi setiap kali kami lelah, kami hanya perlu menoleh ke belakang dengan melihat pemandangan yang sangat indah dan hamparan hijau yang menenangkan langsung menyambut mata.

Ada momen lucu ketika salah satu teman kami terpeleset karena licinnya tanah setelah hujan semalam. Tapi untungnya tidak terjadi apa-apa, malah kami semua tertawa sampai perut sakit. Kami juga bertemu beberapa pendaki lain yang ramah dan sempat berbagi bekal makanan ringan.

Setelah tiga jam mendaki, akhirnya kami sampai di puncak Bukit Babi. Rasanya luar biasa! Angin semilir menyambut, dan dari puncak kami bisa melihat matahari yang sangat indah. Kami duduk, beristirahat, menikmati bekal, dan tentu saja mengambil banyak foto.
Setelah beberapa jam kami beristirahat hari mulai gelap dan kami lansung mendirikan tenda, lalu kami bertiga berbagi tugas aku mendirikan tenda dan dua temanku lainnya mencari kayu untuk membuat api malam nanti, setelah selesai mengerjakan tugas masing-masing lalu kami beristirahat sambil melihat matahari perlahan tenggelam.

Malam tiba kami lalu membuat api unggun kecil untuk menghangatkan badan. Sambil menyeruput kopi hangat dari termos, kami duduk melingkar dan saling bercerita tentang hal-hal rendom, sambil tertawa mencengir-cengir. Dengan keadaan sunyi dan hembusan angin.

Pemandangan kunang-kunang, membuat suasana makin magis. Kami sempat berbaring di atas matras, memandangi langit dan mencoba mencari rasi bintang yang pernah kami pelajari di sekolah. Suasana begitu tenang, membuat kami lupa waktu. 

Menjelang pukul sepuluh kami kehabisan air lalu kami bertiga siut siapa yang kalah dia yang ambil air ke bawah, setelah siut aku yang kalah lalu aku lansung mengambil botol air dan senter di samping tenda lalu turun, setelah lama berjalan turun dari bukit aku mendengar suara aneh kukira itu kedua temanku nakut nakutin aku pun lalu memanggil nama mereka tidak ada yang menyambut panggilan ku, aku pun lalu lanjut berjalan lagi.

Setelah beberapa menit aku sampai di mata air lalu mengisi air di dalam botol yang banyak, setelah selesai mengisi air ke botol aku pun beristirahat sejenak sambil ngudut, setelah beristirahat aku pun lalu naik lagi ke atas sambil memikirkan apa yang mereka dua lakuin di atas, setelah beberapa lama berjalan aku pun sampai lalau kami memasak air untuk masak pop mie dan kopi.

Menjelang pukul dua dini hari, angin makin kencang dan suhu turun drastis. Kami pun masuk ke tenda, membungkus diri dengan sleeping bag. Tapi sebelum memejamkan mata, aku menatap langit sekali lagi dan tersenyum, malam ini bukan malam biasa, melainkan malam yang akan selalu aku kenang.

Aku terbangun oleh hembusan angin pagi yang lembut menyusup ke dalam tenda. Ketika aku membuka pintu tenda, pandanganku langsung disambut oleh lautan kabut yang menari-nari di rumput. Udara segar dan aroma embun pagi membuatku menarik napas dalam-dalam, rasanya begitu menenangkan.

Lalu aku pun membangun kedua temanku, kemudian kami lalu memasak air untuk makan dan buat kopi, kami meminum kopi sambil melihat pemandangan yang indah dengan satu pohon dikelilingi rumput yang lebat. Setelah makan dan minum kopi kami pun lalu berkemas untuk turun dari bukit babi, setelah beberapa jam kami pun sampai di rumah. sekian terima kasih

Pendakian ke Bukit Babi mungkin tidak setinggi gunung-gunung lain, tapi petualangannya penuh cerita, tawa, dan kekaguman pada alam. Ini salah satu pendakian favoritku sejauh ini, dan aku yakin akan kembali ke sana lagi suatu hari nanti.

Comments